Minggu, 08 September 2013

Menjadi Fasilitator



Menjadi Fasilitator (pendamping kelompok) untuk retret ini adalah kali keduaku. Pertama kali dengar kabar bahwa aku harus menjadi fasilitator, jujur aku meremehkannya. Sebelumnya, aku telah menjadi fasilitator untuk retret di SMA yang cukup borjou. Aku tau bila sekolah ini adalah untuk kalangan ekonomi menengah bawah. Hari terus berlanjut  dan tibalah hari h itu. Meski aku meremehkannya, tapi aku tetap berharap, aku bisa mendapat sesuatu. Meskipun aku datang untuk melayani, aku juga berharap untuk di sembuhkan juga.
Dan ternyata.. aku sungguh menyesal karena aku ga bener2 bawa doa untuk setiap anak-anaknya. Aku sungguh menyesal karena aku ga bw doa bener2 waktu bikin surat. Aku benar-benar nyesel. Aku nyesel karena meremehkannya. Pelayanan ini adalah pelayanan istimewa. Karena aku bisa bertemu dengan banyak hal istimewa.
Dalam retret ini aku bener-bener mau melepas semuanya. Masalahku, perasaanku, atau apapun itu. Aku berusaha menyatu dengan mereka dengan senyuman. Aku menyapa mereka, melakukan apa yang baik, memberikan cinta dan perhatian yang biasanya aku gengsi untuk melakukannya. Setelah melakukan pendekatan, mereka mau terbuka denganku. Aku tau salah satu anggota kelompokku ada yang papanya meninggal, dan digantikan dengan ayah tiri yang suka marah2. Dan dalam kelompokku juga ada anak yang berharap bisa membunuh ayahnya. Dia bahkan sudah menganggap ayahnya mati, dan kini ibunya terkena penyakit batu ginjal, sementara ibunya harus tetap menghidupinya dan kakaknya. Dan kini ia tumbuh menjadi anak yang agak sensitive. Anggota kelompokku yang lain ada yang berasal dari keluarga baik-baik, hanya saja keinginannya untuk diakui di teman-temannya cukup besar, sehingga ia begitu ingin sekali menonjol dan membuat geng yang mendapat cap negative di kelasnya, meskipun aku tau dia bukanlah pembuat onar itu. Anggota kelompokku yang lain tidak menceritakan banyak tentang dirinya. Mereka adalah tipe yang hidupnya mengalir biasa saja. Tidak ada masalah yang besar, dalam keluarga, ataupun pertemanan. Bisa di katakan adalah orang yang cuek dan berada dalam zona aman.
Bukan hanya anggota kelompokku, anggota kelompok yang lain ternyata mempunyai keunikan sendiri dalam keluarganya. Ada yang harus bekerja untuk menghidupinya, ada yang salah satu orang tuanya pemabuk dan suka memukulinya dan ibunya. Ada yang agak autis dan tidak punya teman. Aku, yang selama ini berada dalam zona aman,tidak pernah menangis untuk beberapa hal, karena menurutku tidak ada luka, kini aku bisa sedikit membuka mataku. Ada banyak luka dimana-mana. Hidup ini, orang-orang didalamnya. Banyak hal-hal salah yang terus dilanjutkan sehingga banyak luka. Banyak yang harus diperbaiki,banyak yang harus tau bahwa Tuhan itu baik, dan setiap manusia harus juga berbuat baik, harus mau mengampuni, harus mau membuka diri dan memberi. Sesulit apapun itu, karena Tuhan telah terlebih dahulu melakukannya untuk kita.
Pelayanan ini membuatku melihat. Aku cukup kagum dengan romo kepala sekolahnya. Romo kepala sekolah benar-benar Mengenal tiap anaknya. Bukan hanya hafal setiap nama anaknya, tetapi juga memahami setiap karakter dan latar belakang keluarganya. Tidak ada satupun yang ia tidak tau. Bahkan, katanya, bila muridnya ada yang tidak masuk, romo akan turun tangan untuk menjenguk ke rumahnya secara pribadi. Wow! Room benar-benar peduli akan setiap anaknya.dia juga pribadi yang hebat. Untuk menenangkan satu kelompok untuk saling mendengarkan aja butuh emosi yang luar biasa, apalagi 1 sekolah. Romo nya benar-benar sebagai teman dimana anak-anak mau terbuka, tetapi juga sebagai kepala sekolah yang dihormati anak-anak. Dia juga berkata dan berterima kasih ke kita yang mau mengorbankan waktu dan sebagainya. Ia berkata klo kita telah ditaklukan oleh roh kudus, sehingga mau meluangkan dan memberi ke mereka. Aku memang sudah merasakan terlebih dahulu kasih setia Tuhan, dan aku memang ditaklukan roh kudus, tetapi romo itu juga ditaklukan oleh roh kudus. Buktinya mau melayani sampai segitunya, sampai memberikan hidupnya. Amazing.
Bagiku, ada sekolah yang mungkin mengejar popularitas, nama baik, jumlah orang, prestasi dan sebagainya. Tetapi ada juga sekolah yang menerima orang yang bermasalah untuk disembuhkannya. Financial, dan latar belakang keluarga yang buruk tetap diterima mereka, sebagai bentuk pelayanannya untuk menyenangkan Tuhan.
Tidak ada yang kebetulan, aku berada dalam pelayanan, aku ikut menjadi fasilitator, aku bertemu dengan mereka semua..
Mereka, membuka mataku..
Bersyukur bisa melayani, dan ditaklukan oleh Roh kudus..
Jangan ragu Tuhan untuk terus taklukan hatiku…