Ini kisah perjalananku..
Kemarin waktu tio speaker, aku mendengarkan.
Aku mulai merenung dan sadar, ternyata yang dia ceritakan
aku bahkan tahu hampir semua.
Aku tahu rahasia dibalik kesuksesannya.
Aku bahkan berjalan dijalan yang sama.
Canvasing toko, canvasing door to door. Bahkan aku yang ngajak “ayo canvas disini atau disitu”,
karena aku terlalu takut untuk action sendirian.
Dan sadar, aku memang masih lum pinter lek suruh prospek sendirian.
Bukan berarti tio dulu juga sudah berani canvas sendirian. Tapi memang harus
kuakui dia memang lebih pinter nangkep yang diajarin. Lebih profesional gaya
bicarane, lebih mudah inget yang harus dijawab handling. Lebih menarik secara penampilan, dsb.
Dan beberapa langkah berbedanya memberi efek yang besar. Artinya,
Cuma sedikit langkah berbedanya daripada aku justru membuatnya closing. Tapi menurutku
itu hanya perbedaan kecil. Dan perbedaan kecil yang kuremehkan ternyata membawa
efek besar. Dia bisa naik kelas, sementara aku masih dikelas yang sama.
Bukan aku menulis ini membuat aku untuk jadi iri. Tapi ini
untuk menyadarakan diriku, bahwa sebenarnya kesuksesan itu dekat juga sama aku,
Cuma aku yang meremehkannya dan tidak menangkap kesempatan.
Contoh :
1.
Dia closingin saudaranya yang tersisa (yang
sisadari yang diambil pak ivan, ko paul,dsb), aku juga closing saudaraku yang
bisa diikutkan (karena keluargaku terlalu kolot sama inssurance, dan dari mama sudah ikut asuransi yang cukupbesar),
hanya saja saudaranya tio dikit, tapi langsung closing besar, sementara aku
mereka masih lum percaya jadi ambil closing kecil.
2.
Teman2nya tio juga teman2ku. kalau diliat bahkan
seharusnya aku punya nilai plus, karena temen2 pas kuliahku banyak, karena
aktif dikegiatan. Sayangnya aku memang suka punya banyak teman, tapi hanya
sedikit yang memiliki hubungan benar2 baik.
waktu SMA aku masih tumbuh menjadi anak
yang minder, dan kurang bergaul, sehingga kalau sama anak2 PA-PMR aku ga punya
nyali untuk prospek mereka. Dan tio memang lebih deket sama mereka, jadi tio rekrut
mereka.
Biar imbang, aku juga rekrut orang dimana
aku sudah jadi percaya diri. aku merekrut teman2 pelayananku, atau teman kosku.
Sayangnya mereka beda dengan ko harjo, dkk. ko harjo mau jalan, sementara agentku
tidak mau jalan. Karena mungkin aku tidak memperlakukan mereka dengan baik
(maksudnya kadang aku pelit, kurang perhatian, dsb), atau mungkin aku belum
ketemu orang yang tepat.
3.
Penampilan. Lek ini jangan ditanya. Semua orang tahu
tio cantik dari sananya. Cuma aku baru sadar akhir2 ini, kalau aku juga cantik,
kalau dandan. Dan aku malas untuk dandan, karena itu alay. Aku harus beli baju2
mahal, sementara uangku masih terbatas. Aku ga suka berpenampilan lebih dari
standar, apalgi teman2ku kebanyakan tidak dandan. Padahal meski cantik begitu,
tio tetap melakukan perawatan, dengan dandan dan beli baju bagus. Dia masih
memaintence penampilannya, sementara aku, yang penting cepet.
4.
Dia closingkan dari keluarganya sendiri, hampir
separuh jalannya dia. Ini aku angkat tangan deh. Papaku saja Cuma isa
ambil1jutaan, aku ambil dibawah 500rb, mamaku sudah ambil besar dan harus bayar
sendiri, adikku sudah ambil 500rb dan sementara cukup dulu. Nanti kalau aku
bisa ambilkan lebih besar, baru aku ambilkan.
5.
Beberapa kali canvasing memang aku memilih yang
nampaknya lebih rendah, karena aku kurang percaya diri ketemu orang yang
mukanya galak, yang tampang bos2 sejati. Padahal kalau aku ketemu, mereka juga
baik kok. Aku bahakn juga bisa ngobrol hangat dengan mereka. Hanya saja
ketakutanku membuat aku memilih orang yang salah. Padahal hanya 2x aj, tapi
akibatnya tio bisa closing big case, sementara aku closing kecil. Ya meskipun itu
ada unsur takdir juga, kalau misalkan sama aku belum tentu jadi closing. Wkwk..
tapi itu beda dikit di awal yang bisa fatal.
6.
Kemampuan
tio memang lebih hebat. Aku harus akuilah. Kalau soal handling, aku ga bisa hafal. Aku suka punya pola pikir negatif yang
menjatuhkan. Yang bkin lupa aku harusnya jawab bagaimana. Padahal aku punya
kelebihan. Menurutku aku mulai pandai di appoarching.
Aku memang dasarnya kepo. Suka kepoin orang, bisa ingat hal2 kecil yang ga
penting. Contoh ya, kalau orangnya cerita pacarnya lagi dijakarta, aku ingatnya
bukan nama orangnya tapi ‘aku habis prospek orang yang pacarnya dijakarta’ , begitu
caraku ngingat, dan sekaligus jadi kelebihanku sebenarnya. Makanya beberapa
kali aku nemeni orang, yang baru sekalipun kaya henry (dan ditambah
keberuntungannya dia bisa ketemu orang tepat) aku yang bantu appoarchingkan di
awal, atau ko andre juga (yang apporoaching
selalu tanya ‘sudah makan?’ berkali kali). Kalau untuk kemampuan approaching memang sama tio setaraf lah. Tio juga lumayan
pinter buat approach. Dan nilai lebihnya di tadi itu, di profesional cara
jawabnya, handling dan pengetahuannya, padahal akuikut training yang sama, dan
dapet ilmu dengan cara yang sama, kemampuan nangkepnya lebih cepet mungkin juga.
Sebenarnya paling dasar dari
semua, adalah soal pola pikir. Sadar ga sadar, tio lebih positif dari aku. Meski
aku baru sadarin kalau aku juga sama kayanya sama tio (kalau dulu kan aku
sadarnya tio kaya pol, dan aku ga punya duit, jadi aku harus hemat). Aku ga
kalah cantik dari tio (meski tio dari sananya sudah cantik, dan aku harus
menambah 5menit untuk dandan lebih lama agar bisa jadi sama cantiknya). Aku punya
temen2 yang sama2 hebatnya dengan tio (Cuma aku kurang menyadari potensi itu,
aku selalu merasa orang yang berada di tio, yang ngejar tio lebih hebat2, atau
temennya tio lebih keren, meski setelah dicurhatin ternyata temen2nya ya sama saja
kok. yang ngejar tio juga ada yang aneh, seperti yang ngejar aku.Cuma aku selalu
merasa negatif).
Ini soal pola pikir, aku punya
pola pikir negatif yang sudah masuk kedalam darah dagingku. Yang tumbuh lewat
sejarah dihidupku, yang sudah membentuk aku lewat kisah pahit dan manisnya.
Tapi katanya, aku mau mengampuni
masa laluku. Aku mau mengampuni orang yang membentuk aku jadi penakut. Aku mau
mengampuni orang yang membuat aku berpikir negatif. Dan katanya kamu mau bebas
berkarya?? Katanya Tuhan ada didalam kamu dan kamu pasti dimampukan?
Karena sadar ga sadar, itu hal
kecil yang kamu remehkan dan berakibat fatal, mengakar dan mengakibatkan
keterlambatan keberhasilan ini.
Meskipun nampak langkahnya sama,
beda sedikit, dan fatal.
Aku tahu kok Tuhan selalu
sediakan semuanya indah pada waktuNya. Dan aku tahu kok, kalau ini berarti ada
faktor ‘x’ yang diluar kendaliku. Mungkin juga Tuhan sedang mempersiapkan aku,
dan memang Tuhan belum kasih itu, karena ada sesuatu yang harus kuubah.
Mungkin juga lewat hal2 kecil
itu.
”Maka kata tuannya itu kepadanya : baik sekali perbuatanmu itu,hai
hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam
perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang
besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (matius 25:23)