Jatuh cinta berjuta rasanya. Karena sedang tidak jatuh
cinta, aku bisa memakai rasionalku sekarang. Tapi beda ketika aku lagi jatuh
cinta, rasional ku hilang, seakan semua untuk menyenangkan si dia dan senang
karena si dia. Aku mengamati beberapa temanku. a misalnya,
setiap hari ia di telpon oleh pacarnya, bahkan di saat kuliah. aku tidak
seberapa mengenalnya dulu, tapi yang pasti setelah putus ini, pekerjaan
kelompoknya jadi lebih baik dan niat. b pun demikian. Saat masih single,
dia begitu dekat dengan kita, teman-temannya, sering bercanda bersama. Aktif dan
rajin ikut persekutuan. Tapi begitu ia menemukan sang pujaan hati, dia
seakan-akan menghilang. Waktunya habis untuknya. Meski pacarnya bukan orang
jahat, dan justru menyuruhnya untuk tidak meninggalkan persekutuan, tapi
nyatanya ia hilang. Dan kabarnya, ia bukan hanya hilang di kelompok
persekutuan, tetapi juga hilang di perkuliahannya, hilang di pertemanan
dekatnya, waktunya habis untuk si dia. Seperti kisah friendship saat di tanya
cinta, “Kenapa kamu perlu ada?” “Karena
aku ada saat terluka oleh cinta”
Sebetulnya banyak yang aku amati. ko c misalnya. Sejak jadian
dengan cewek cantik ini, ia seperti tidak pernah update status tentang Tuhan
lagi. Padahal sebelumnya, aku menganggapnya sebagai teladan orang beriman. Nggak
salah sih kayaknya. Toh itu juga kebutuhan dan alur hidup. Tapi?
Yang baru-baru ini dan membuatku berpikir adalah si ani. Aku
cukup sebal ketika ia tidak punya waktu untuk berbincang sebentar denganku dan
mengatakan kata-kata yang menyakitkan karena moodnya sedang jelek karena
tugasnya belum selesai. Sementara waktu sebelumnya dihabiskan dengan pacar
barunya. Ia baru beberapa waktu lalu jadian dengan temannya. Meski ini baru
yang pertama kalinya ia pacaran, ia merasa orang itu adalah orang yang benar-benar
tepat untuknya dan untuk masa depannya, karena ia begitu nyaman saat
bersamanya. Nyaman mendengar setiap pujian dari sang pacar.
entah, aku miris melihatnya. Apakah aku dulu seperti itu? Aku
pernah menyukai orang. Bahkan aku menyukai banyak orang. Tapi orang tersebut
tidak ada yang menyukaiku juga. Dan ketika ada orang yang menyukaiku, saat aku
dibuatnya melambung karena ia memberikan segalanya buat aku, aku termakan dan
menyediakan banyak waktu untuknya. Tapi itu cinta manusia. Tidak ada yang
abadi. Ada waktu dimana ia mulai malas bertemu denganku. Ia cuek padaku, dan
tidak seperti dulu lagi. Lalu mengapa orang-orang begitu mendewakan cinta?
Tuhan itu nomer 1. Tuhan itu Allah yang pecemburu. Bahkan ada
cerita, dimana sang cewek sangat menyayangi pacarnya dan berkata ga pingin
kehilangan dia. Tapi oleh masalah kecil akhirnya mereka putus. Dan mengangis
hebat, hingga ia dipukul Tuhan. “Cuma ini loh, klo kamu kehilangan dia, tapi
klo kehilangan Aku, kamu tidak bisa apa-apa”. Itu hanya manusia, jangan cintai
secara berlebihan. Cintailah Tuhan, lalu cintailah dia, karena Tuhan begitu
mengasihinya.
Meski aku belum punya pacar saat ini, aku gunakan cinta yang
secara rasional saat ini. yang bukan pujian sementara seperti yang kualami
dulu. Aku masih terbuka, tapi aku berusaha mempunyai nilai. Yang pasti aku
berharap, ketika nanti aku punya pacar, justru semakin bersemangat dekat sama
Tuhan, bukan malah menjauh.