Senin, 27 Mei 2013

ketika teman jatuh cinta


Jatuh cinta berjuta rasanya. Karena sedang tidak jatuh cinta, aku bisa memakai rasionalku sekarang. Tapi beda ketika aku lagi jatuh cinta, rasional ku hilang, seakan semua untuk menyenangkan si dia dan senang karena si dia. Aku mengamati beberapa temanku. a misalnya, setiap hari ia di telpon oleh pacarnya, bahkan di saat kuliah. aku tidak seberapa mengenalnya dulu, tapi yang pasti setelah putus ini, pekerjaan kelompoknya jadi lebih baik dan niat. b pun demikian. Saat masih single, dia begitu dekat dengan kita, teman-temannya, sering bercanda bersama. Aktif dan rajin ikut persekutuan. Tapi begitu ia menemukan sang pujaan hati, dia seakan-akan menghilang. Waktunya habis untuknya. Meski pacarnya bukan orang jahat, dan justru menyuruhnya untuk tidak meninggalkan persekutuan, tapi nyatanya ia hilang. Dan kabarnya, ia bukan hanya hilang di kelompok persekutuan, tetapi juga hilang di perkuliahannya, hilang di pertemanan dekatnya, waktunya habis untuk si dia. Seperti kisah friendship saat di tanya cinta, “Kenapa kamu perlu ada?” “Karena aku ada saat terluka oleh cinta”
Sebetulnya banyak yang aku amati. ko c misalnya. Sejak jadian dengan cewek cantik ini, ia seperti tidak pernah update status tentang Tuhan lagi. Padahal sebelumnya, aku menganggapnya sebagai teladan orang beriman. Nggak salah sih kayaknya. Toh itu juga kebutuhan dan alur hidup. Tapi?
Yang baru-baru ini dan membuatku berpikir adalah si ani. Aku cukup sebal ketika ia tidak punya waktu untuk berbincang sebentar denganku dan mengatakan kata-kata yang menyakitkan karena moodnya sedang jelek karena tugasnya belum selesai. Sementara waktu sebelumnya dihabiskan dengan pacar barunya. Ia baru beberapa waktu lalu jadian dengan temannya. Meski ini baru yang pertama kalinya ia pacaran, ia merasa orang itu adalah orang yang benar-benar tepat untuknya dan untuk masa depannya, karena ia begitu nyaman saat bersamanya. Nyaman mendengar setiap pujian dari sang pacar.
entah, aku miris melihatnya. Apakah aku dulu seperti itu? Aku pernah menyukai orang. Bahkan aku menyukai banyak orang. Tapi orang tersebut tidak ada yang menyukaiku juga. Dan ketika ada orang yang menyukaiku, saat aku dibuatnya melambung karena ia memberikan segalanya buat aku, aku termakan dan menyediakan banyak waktu untuknya. Tapi itu cinta manusia. Tidak ada yang abadi. Ada waktu dimana ia mulai malas bertemu denganku. Ia cuek padaku, dan tidak seperti dulu lagi. Lalu mengapa orang-orang begitu mendewakan cinta?
Tuhan itu nomer 1. Tuhan itu Allah yang pecemburu. Bahkan ada cerita, dimana sang cewek sangat menyayangi pacarnya dan berkata ga pingin kehilangan dia. Tapi oleh masalah kecil akhirnya mereka putus. Dan mengangis hebat, hingga ia dipukul Tuhan. “Cuma ini loh, klo kamu kehilangan dia, tapi klo kehilangan Aku, kamu tidak bisa apa-apa”. Itu hanya manusia, jangan cintai secara berlebihan. Cintailah Tuhan, lalu cintailah dia, karena Tuhan begitu mengasihinya.
Meski aku belum punya pacar saat ini, aku gunakan cinta yang secara rasional saat ini. yang bukan pujian sementara seperti yang kualami dulu. Aku masih terbuka, tapi aku berusaha mempunyai nilai. Yang pasti aku berharap, ketika nanti aku punya pacar, justru semakin bersemangat dekat sama Tuhan, bukan malah menjauh.

Senin, 06 Mei 2013

Hidupku BagiNya


Aku bukan terlahir hebat. Aku ngga terlalu pinter, ga ahli dalam bidang manapun. Aku juga ga cantik. apa yang bisa aku lakukan? Sejak kemarin, waktu aku memberi semangat kepada temanku, mendoakan temanku. Aku sadar. Aku dilahirkan untuk itu. Membagikan berkat buat orang lain. Berkat buat orang lain agar mereka mendapatkan mimpinya dan mengandalkan Tuhan. Menyertakan Tuhan dalam hidupnya. Dan berorientasi sama tujuan akhir Tuhan.
Emang aku ga dapet bayaran apa2..
aku harus menyangkal diriku yang terluka karena penolakan..
Menyangkal diriku untuk tidak memperdulikan pikiran negatif orang..
Mengetahui orang2 mau kembali ke jalan yang benar itu sudah kaya bayaran yang mahal bgett buat aku. Rasae seneng klo mereka bisa kenal Tuhan juga. Semakin banyak orang kenal Tuhan, semakin rasanya berhasil. Berhasil mengalahkan setan.
Tapi dibalik itu sebenarnya aku juga mengupgrade diriku. Gara2 ini, aku harus terus mendapat siraman rohani, harus terus haus, dan merindukan Tuhan yang melegakan aku. Karena masalah yang datang silih berganti, ingin membuatku menyerah. Sehingga aku terus bersandar sama Tuhan yang melegakan dan memberi sukacita di tengah berbagai masalah.