Selama ini aku selalu berpikir bahwa aku adalah orang yang pintar, cerdas, dan rajin. Setidaknya itu yang orang katakan terhadap aku. Papa itu katanya orang-orang pintar tapi pendiam. Anak2nya juga dikenal sebagai anak yang pintar. Tanpa sadar, aku selalu berusaha untuk menjadi pintar. Ternyata telah terbukti bahwa selama ini nilaiku tidak pernah diurutan bawah, dan waktu kuliah IPK diatas 3. Itu cukup membuatku menganggap diriku pintar dan rajin. Tapi aku lupa satu hal, bahwa semua nilai bagusku aku dapatkan lewat doa semalam suntuk pula. Aku ga sadar bahwa nilai baik yang kuhasilkan itu karena aku memohon mohon sama Tuhan supaya Tuhan memberikan keajaibanNya padaku, bukan karena kehebatanku.
Kegagalan tidak bisa lulus 3,5 tahun, bahkan 4 tahun juga tidak bisa. Atau bisa dikatakan bahwa aku molor membuat aku down. Aku tidak terbiasa dengan kegagalan. Biasanya Tuhan selalu menolong dan tidak biarkan aku terjatuh. Aku sudah berdoa dan aku melakukan usahaku. Klo menurutku aku sudah melakukannya dengan maximum, tapi ternyata itu belum mencapai standard yang ada.
Aku merasa benar-benar ga berarti lagi, aku mulai mencari keberhargaan diriku di hal lain.
Ya aku ingin supaya orang tetap memandangku baik. Aku lalu berusaha bekerja. Tapi ternyata di tempat kerja marketing ini aku juga menemui kesulitan dan tidak mencapai prestasi. Lalu aku mencari keberhargaan diriku di tempat lain, yaitu pelayanan. Tapi ternyata porsi pelayananku berbeda dengan yang dulu. Wadah komunitasku sudah berganti yang baru yang berarti aku dianggap masih sebagai ‘orang baru’. Beberapa kali di pelayanan aku justru merasa malu karena aku belum juga lulus di semester 9. Dipikiranku selalu terngiang “hayoolohh ituu bakal jadi batu sandungannmuu.. ntik lak dipikir e sibuk pelayanan lali kuliah e”. beberapa temanku juga taunya aku sibuk pelayanan hingga lupa skripsiku. Yang pekerjaan juga bilang gitu, merasa bahwa aku kurang fokus di pekerjaan, tetapi terlalu banyak di pelayanan. Sedangkan dipelayanan, aku dinilai tidak melakukan sesuatu, spiritnya mulai habis. Aku lalu merasa jatuh. Benarkah aku seperti yang mereka katakan?
Lalu potongan puzzle itu terjawab : (kol1:16b) segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Apakah kamu sekarang, siapa kamu sekarang, bukan dari apa kata orang tapi apa kata Tuhan. Klo kamu sudah merasa melakukan sesuatu yang terbaik ya udah, ga usah pedulikan kata orang. Hiduplah fokus dengan apa yang Tuhan kehendaki terhadap dirimu!
Selama ini aku mulai memunculkan ambisi pribadiku, aku mulai ingin jadi sukses lalu aku akan hidup nyaman. Membeli apartermen, lalu jalan-jalan keluar negri. Memperbaiki ekonomi pribadi dan taraf hidup. Aku akan bahagiain mama, papaku. Aku ga pingin dianggap rendah oleh keluarga lain. Lalu aku lupa bahwa semuanya itu harusnya untuk Tuhan bukan untuk diriku. bahkan ambisi bahagiain orang tua adalah dilakukan untuk Tuhan yang menciptakan.
(1 kor 6:19-20) Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam didalam kamu, Roh kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah dibayar lunas : karena itu muliakan Allah denga tubuhmu!
Bukankah harusnya:
I do my Skripsi for God, not for my Glory, but for His Glory..
I Can do it, not because my self, but because You are with me..
And I will do it all for Him..
Ya mungkin ini akan jadi berkat pengalaman yang bisa aku bagikan untuk orang lain supaya nama Tuhan makin dimuliakan.. Amin!