Jumat, 02 Januari 2015

Cerpen : Kecelakaan Pesawat

Aku iseng-iseng bikin ini... ada inspirasi datang waktu liat tv tentang kejadian kecelakaan pesawat. keluarga korban pasti berharap seperti ini.. teruslah berharap! Pengharapan pada Tuhan tidak akan mengecewakan.. kalaupun nanti ternyata mereka ditemukan telah tiada, percayalah bahwa itu yang terbaik. Tuhan sudah sediakan tempat disana...
Turut berduka dan bersedih,
with warmhug, viki..

silahkan dibaca cerpen sederhana ini...:)

“Tuit..tuit…Dilaporkan, pesawat QZxxx rute Surabaya-Singapore yang seharusnya tiba pukul 8.05 pagi telah hilang kontak dari perairan Belitung hingga saat ini, pihak SAR Indonesia terus berupaya melakukan pencarian hingga saat ini..”
Aku terbangun pusing, seluruh badanku terasa begitu sakit. Rasanya aku telah tertidur lama.
“ibuuuu..” suara anak kecil yang berdiri didekatku mendengung didekatku.
“ibuuuk..ibuuuk..” serunya lagi sambil berlari menjauh. aku berusaha mengumpulkan tenagaku untuk menegakkan badanku. Semua masih nampak buram didepan mataku. Seorang wanita paruh baya yang baru datang kehadapanku menahanku bangun “istirahat dulu aja non” begitu katanya. Aku mengumpulkan seluruh tenagaku dan bertanya “dimana aku?” suara itu sangat serak, aku tidak yakin dia mendengarku.
“kamu ditemukan bapak waktu bapak sedang mencari ikan..”dia tetap menjawabku.
Aku mengerutkan kening berusaha mengingat semuanya. Aku sedang akan berlibur ke Singapore! Ya ampunn dimana akuuu sekarangg.. aku berada dalam pesawat, aku sedang melihat kejendela, memandangi kagum deretan awan dan membayangkan orang-orang yang ada dibawah. Lalu tiba-tiba pesawat bergerak begitu cepat kebawah dan aku tidak ingat apa-apa lagi. padahal ini liburan pertamaku dengan calon suamiku, dan keluarganya dan… tahun depan kita akan menikah. “Dimana awiinn?” tanyaku panik ketika mengingatnya..
“hanya kamu yang ditemukan bapak, mungkin yang lain sedang diselamatkan dipulau-pulau lain, disini daerahnya berupa banyak pulau”
Aku tak tahan menahan tangis, mengingat aku sendirian disini, di tempat asing, dan aku takut kehilangan mereka. sang ibu tadi mengelus kepalaku lembut, “sudah semuanya akan baik-baik saja”, sedangkan anak perempuan kecil disampingnya hanya duduk terdiam memandangku tanpa berkedip. Tak lama ibu itu membisiki sesuatu pada anak kecil itu dan meninggalkanku.
Aku tak ingin bangun.. aku ingin bertemu merekaa.. seruku dalam hati yang membuat tangisku semakin meledak. Anak kecil itu terus memandangku . tapi aku tak peduli aku ingin menangis sejadi-jadinya. Setelah lelah, aku memutuskan untuk memaksakan diri bangun dari tempat tidurku.  Aku memandang gadis kecil di sampingku yang terus melihatku tanpa berbicara apapun. Aku berusaha tersenyum kecil padanya dan menyapanya “terimakasih ya..”
“iyah..” “mbak sudah tidur seharian..bapak datang bawa mbak kesini langsung kita bingung apa yang harus dilakukan, untung mbak sudah sadar”ternyata dia bukan anak yang pendiam.
“sri,ayo ajak dia makan..”kata ibu tadi. Mereka membantuku berdiri dan menuntunku keruang makan. Rumah ini begitu sederhana, alasnya masih berupa tanah, dindingnya bata putih yang tidak dicat. Ruang makannyapun sangat sederhana, mereka meletakkan makanan dibawah yang dialasi tikar tenun. ada nasi yang cukup untuk kita ber4 dan 1 ikan besar. Aku yakin itu makanan yang terbaik yang sudah dihidangkannya untukku. Karena  aku liat di tv bahwa betapa susahnya kehidupan ditempat pinggiran.
“mari makan, kita Cuma punya ini” kata sang ibu. Dia mengambilkanku nasi. “silahkan ambil sendiri lauknya” aku tersnyum kecil, ternyata aku sangat lapar. Tapi mereka bahkan membiarkanku mengambil lauknya duluan. Aku makan dengan lahap dan mereka menawarkanku untuk tambah, padahal sang ibu dan anak tadi Cuma ambil makanan sedikit sekali. Aku menduga mereka berhemat supaya aku bisa makan lebih. Aku menahan diri dengan berkata ‘tidak’.
Aku merasa beryukur sekali karena aku masih diberi kesempatan hidup. Ada orang yang mau menolongku bahkan memberikan yang terbaik untukku. Mereka merawatku dengan baik dan menjagaku disini. Pasti keluargaku sedang berdoa untukku disana.
“aku ga bisa melaut dek, ombaknya gede..tunggu disini aja, sampai semuanya reda nanti bapak kasih tau orang-orang di pulau sebelah..”
“iya pak, terimakasih banyak..” saya tersenyum, berharap bisa segera bertemu mereka.