Selasa, 01 April 2014

Senantiasa di proses

Kali ini adalah mengenai retret by Your blood purify my life yang diadain uk3 teresa avila,komunitasku. Meski aku sudah berkali kali ikut retret, aku masih harus belajar banyak hal, ya karena emang betul yang dikatain waktu sesi PRK(Pencurahan Roh Kudus): “Mengenal Tuhan ndak pernah ada habisnya, meski berapa tahunpun ikut Tuhan, masih selalu belajar untuk mengenalnya..”. dan inilah sedikit curhatanku :
a.       Cukup kesel karena ternyata banyak yang kerja e masih kurang2, jadi suka protes2. Karena emang sudah sering ikut panitia retret, jadi rasae buanyak gitu yang kurang. Jadi ngerti perasaan e mereka cece2 yang suka protes liat kita kerja e banyak ga benere, dan memilih untuk membatasi diri untuk membantu. Aku merasa, kadang emang proses belajar yang paling baik adalah dengan terjun langsung. Jadi sebisa mungkin, bersikap seperti orang tua yang baik, bilangi yang bener yang kamu tau, tapi kemudian harus percaya pada mereka.
b.      Aku bisa belajar lebih peka, dan percaya. Ternyata banyak doa itu emang bikin lebih peka. Ada yang sepertinya dengan erat menahanku. Yang bilang macem2 tapi suaranya begitu pelan. Ingetkan aku untuk melakukan sesuatu. Seperti misalnya waktu aku hbis PRK, ada yang bilang dari dalam hatiku untuk turun cepat-cepat dan perasaanku jadi ndak enak. Tapi aku ditahan arek-arek. Dari panitia ndak ada yang ngajak ngobrol peserta e untuk bisa sharing apa yang mereka dapetkan waktu PRK. Soale yang mau sharing nde depan cuma dikit aja, dan ndak semuanya berani untuk cerita didepan. Makanya aku ajak mereka ngobrol, dan alhasil, aku diajak foto-foto juga.  Dan ndak turun waktu bakaran.
c.       Aku selalu mengutamakan agar orang-orang bisa mengenal Tuhan. Aku mencoba mencontoh sikapnya Tuhan yang murah hati. Asal orang itu mau kenal Tuhan lebih dalam pasti dikasih jalan. Yang penting itu acaranya bisa berjalan baik kan? Yang penting semua orang kenal Tuhan kan? Klo yang terbaik membutuhkan biaya lebih pun, tetap yang penting adalah kasih yang terbaik kan? Biaya? Aku tau Tuhan itu ga mungkin tinggal diam klo Cuma karena masalah hal kecil kaya gitu. Aku tau retret ini acara e Tuhan dewe, klo uang kurang itu, Tuhan pasti nyukupin. Lagian aku sudah hitung-hitung klo dana e kita itu lebih. Meski dari BEMUS itu belum turun, kenapa kita gamau murah hati sedikit sih? Kenapa mikir klo ini kurang terus? Bahkan saat Yuli mau ikut buat gantiin yang sudah di bayar itu masih juga diitung ternyata bisa dibatalin harusnya. Yuli itu pernah cerita sama aku, klo dia pingin ikut, Cuma lagi ga ada biaya, karena sudah keluar uang banyak untuk studi apotekernya. Dan yang aku pikirkan Cuma itu, klo Dia ingin ikut pasti ada cara. dan ketika tau ternyata satu e emang beneran gamau ikut, aku dengan sigap menawarkan yuli buat ikut retret. Dan emang sebuah kesalahanku karna ga Tanya dulu sama ketuanya. Dan ndak ada konfirmasi sama semua panitia.tapi yang kufokusin adalah supaya orang itu juga bisa merasakan kemurahan e Tuhan juga. Dan ternyata aku malah dianggap melakukan kesalahan, karna sebenere mereka masih butuh uang untuk bayar wisma ne buat cece2e pembicara. Semua itu demi panitia ga bayar. OMG.. aku merasa terhakimi di retret, tapi aku bersyukur masih ada kharisma yang mau dengerin aku. Setidaknya itu membantuku mengungkapkan perasaan takutku.
d.      Selama perjalanan e kepanitiaan, memang ada beberapa naik turunya. Aku sekarang mengerti perasaanya Christo yang dibilang ga enak, dan emang susah untuk pulih. Emang bener banget, kata-kata menyakitkan itu tetep seperti paku yang ditancapkan trus wktu dilepas itu masih membekas. Bener yang dikatain lita emang ga tega untuk marahin orang. Tapi bener Christo itu memang banyak menghilang sih, emang perlu orang-orang yang berani menegurnya dengan baik. Makanya kadang aku lebih suka ngomongin di belakang, karena aku mangkel banget, jadi perlu orang untuk cerita kemangkelanku, dan ndak pingin orang itu jadi terluka karena aku lagi marah. Selain itu, aku ngomongin orang ke orang lain itu karena bingung caranya ngomongin ke orang yang salah, harus diomongi kaya gimana cara e supaya orang itu mau dengerin kita. Tapi memang itu adalah salah, karena ketika yang salah mendengarnya dari orang lain, itu lebih menyakitkan lagi.
e.      Aku mau share in yang malam hari kedua. Aku mau cerita waktu aku dibilangin ndak enak didepan gitu, terus dimarahin sama anak angkatan bawah yang sikap e belum tentu betul, dan orang luar dari tim, itu sebetule menyakitkan banget. Aku Cuma ngomong gini sama Tuhan, “Boleh kah Tuhan, anakmu digituin?”. Aku harus belajar lebih rendah hati lagi, dan mau di proses. Aku selalu pingin bisa menangis, tapi aku sungguh ga berharap aku menangis untuk hal-hal kaya gini. Tapi aku menangis. Aku menangis mungkin saat aku terluka. Aku merasa aku sudah banyak banget bekerja untuk ukkk, aku sudah banyak banget mengorbankan banyak hal daripada mereka, dan mereka berani menegurku? Klo misalkan aku memang salah sih gak apa, tapi aku tidak merasa bahwa yang kulakukan adalah sebuah kesalahan. Cuma karena aku bilang klo ivon emang mau ikut sesi, jangan dihalangin, biarkan dia ikut sesi, karena itu penting. Dan setauku mereka bilang ya uda berdua aja bisa kok. Lalu karena aku ga gantiin ivon karena aku bilang begitu. Aku memang sudah berniat untuk gantiin ivon waktu itu, tapi aku lupa. Dan waktu aku mau turun untuk bantuin, aku disuruh sama vina”bantu atur”, ya sudah, aku bantu atur, aku lupa apa aja yang harus ku buat. Rasanya ada yang harus kulakuin tapi aku lupa. Aku bener-bener ga kepikiran, suara itu mengingatkan dengan sangat pelan. Jadi aku ga kedengaran. Tapi menurutku itu bukan hal besar yang harus dipeributkan. Mungkin itu Cuma bermaksud sebagai teguran kecil buat aku, tapi aku ga seberapa focus untuk mendengarnya dan bertanya apa maksudnya, aku beneran ndak mudeng. Dan begitu aku mudeng, aku rasanya sakit semua. Aku tau dia sendirian, dan capek mengatasi semuanya, tapi emang harus bagi tugas, aku mau ngajak ngobrol ke pesertanya juga, karena memang menurutku kelebihanku disitu. Setiap aku ngomong apa ditegur,”klo orangnya ga nyadar?”, “sebentar kok motong, tadi dibilang apa gitu” atau waktu ngomong langsung yang mana, aku beneran lupa, dan ndak tau apakah itu sebuah kesalahan yang besar baginya. Yang aku ingat cuma kata2 waktu sesi, orang banyak terluka bukan karena hal besar yang dilakukan orang, tapi dari hal-hal sederhana, seperti mengatai orang yang orang itu ga sadar. Aku Cuma teringat akan hal itu. Tapi aku terluka karena sikapnya padaku. Habis gitu, pasangannya juga memarahi aku, “kamu kok ngomong e ga pernah bener gitu seh?” dan aku beneran deg. Waktu dia ngomong gitu, pinginnya aku marah-marah, dan menatap orangnya. Aku salah? Emang apa aku omongin ini bener, dan aku pernah merasakan juga, emang aku salah? Trus aku bilang, “loh aku ya pernah jadi pemeran juga loh, aku juga pernah jadi iblis, emang aku kenapa-kenapa sekarang?”, yang bikin aku emosi itu, “dia ga percaya kekuatan doa, klo doa itu bisa membebaskan, orang dari kutuk jahat sekalipun, dari hal-hal berbahaya sekalipun, dia ga percaya, makanya takut”. Apakah aku salah? Klo aku ga salah, tapi digituin sama orang yang lagi lelah, aku beneran merasa terluka. Dan tidak sekalipun kata maaf terlontar dari mereka, hingga sekarang. Aku bersikap biasa aja. Padahal didalamnya, aku sungguh terluka. Aku sungguan ndak pernah nangis sebelumnya, aku orang yang paling jarang menangis. Jadi aku balik kamar, lalu menangis. Menangis sejadi-jadinya. Aku mohon kekuatan sama Tuhan. Supaya mampu mengampuni. Aku lalu diingatkannya akan kisah Tuhan Yesus, dimana saat Dia disalibkan, tak ada satupun orang yang berusaha menolongnya, dari orang yang pernah ditolongnya sekalipun, ga ada satupun yang menolong, semuanya malah menghujat Dia. Sedangkan aku, masih mending, saat seperti itu, masih ada lena yang marahin ”jangan marah-marah gitu dunk”, atau jojo yang menghiburku, “Sudah gapapa vik..” meski gada kata-kata yang mungkin berarti, tapi aku bersyukur karena mereka mengerti aku. Karena mengingat penderitaan Yesus itu, aku mengingat bahwa aku masih bertugas di Uk3 ubaya sebagai BCM, aku harus bersikap yang dewasa. Aku harus bersikap sebagai wonder women yang mengandalkan kekuatannya pada Tuhan. Aku tidur dan ketika bangun, Tuhan beri aku kekuatan, segala emosiku, aku luapin untuk mengasihi orang-orang disekitar. Untuk memberi mereka kasih. Aku bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa. Aku memang harus berkorban. Hanya itu yang aku pikirkan. Dan waktu doa pagi, aku putuskan untuk bantu backing. Saat doa itu memang aku masih terpkirkan oleh kejadian semalam. Emang ga mudah melakukan itu, melakukan pengorbanan, itu ga mudah, mereka pikir aku orang yang sekuat apa? Dan ternyata Tuhan sapa aku lewat doa pagi itu, Dia blg lewat lian, dia bilang “memang ga bisa nyalahin juga klo hal itu terjadi, soale emang suasananya mereka lagi capek.dan aku masih ga bisa jadi sesabar ce viki”. Aku emang butuh dimengerti orang, karena aku sebenere ga sekuat itu. Percayalah aku ga sekuat itu, aku juga menangis. Tapi lagi-lagi aku ngesok, bersikap kuat,a ku beneran ga pingin dipandang hebat, tapi ini yang kuatain pada mereka itu memang benar memotivasiku untuk semangat hari itu, “Tuhan Yesus yang menderita di kayu salib lebih ditinggalkan banyak orang, orang yang sangat dikasihinya malah meninggalkan, orang yang sudah ia tolong meninggalkan, aku masih mending masih ada orang yang mendukungku dan menghiburku, gak apa, emang harus ada yang berkorban, yang penting acara bisa berjalan dengan baik”. Tuhan mau proses aku, untuk jadi lebih rendah hati. Dalam hal inilah pengorbanan sesungguhnya. Justru inilah aku mengamalkan yang Tuhan ajarkan. Dan aku merasa, di hari terakhir semuanya berjalan lebih baik.
f.        Aku sekarang lebih banyak percaya akan perasaan kecil dari hati nurani, tanda-tanda dari Tuhan.  Saat pencurahan Roh, aku merasa tanganku benar-benar bergerak sendiri. Aku ga ngerti apa maksudnya, tapi beneran tanganku seperti dipaksa untuk terlentang, seperti saat di salib. Lalu saat sudah mau selesei, tanganku dipaksa untuk mengakatub seperti saat berdoa. Beneran tanganku bergerak sendiri, dan aku ga bohong akan hal ini. Aku semula ga pernah pecaya dan mengalami tanda-tanda dari Tuhan. Tapi sekarang ini telah terbukti padaku.
g.       Aku mulai merasa akan perubahan yang terjadi padaku. Memang benar, saat aku melekat pada Yesus, Dia ubahkan aku semakin menyerupai gambaranNya. Aku mulai menyadari, klo dulu Cuma orang beberapa yang mungkin akan ingat namaku yang pendek ini. Cuma orang beberapa yang mengharapkan kehadiranku. Saat ini, mungkin Tuhan pakai aku untuk menolong semakin banyak orang.

Memang retret ini menyimpan banyak hal yang bisa buat aku di proses lagi, tapi sebenarnya aku bisa melihat banyak sukacita juga didalamnya. Saat lagu yang dibawakan salah, justru ketawa semua, atau saat bercanda-canda tentang apapun. aku merasa banyak sukacita ada di dalam ini sebenarnya.

 Banyak saat yang aku liat ini juga satu pelayananku yang bikin Cintaku semakin mendalam padaNya. Aku ga akan takut untuk tetap menyebar kebenaran. Aku ga akan berhenti melayani dan menyenangkan hati Tuhan. Sudah hampir 4 tahun aku melayani Tuhan, dan aku selalu mendapatkan yang baru. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar